Badai Yang Menguatkan Pondasi

        Kelahiran adikku adalah momen penuh kebahagiaan, seperti secercah sinar matahari setelah malam yang panjang. Suaranya yang lembut, senyumnya yang polos, dan kehadirannya membawa harapan baru dalam keluarga kami. Namun, kehidupan tak selalu seperti dongeng.

        Setiap keluarga pasti menghadapi ujiannya masing-masing. Ketika aku mulai memasuki masa remaja fase di mana aku mulai mencari siapa diriku sebenarnya. ada badai besar yang menghampiri keluarga kami. Ayah dan mamah, dua orang yang selama ini menjadi pelindungku, tiba-tiba tampak seperti dua kutub yang menjauh.

         Aku tidak sepenuhnya paham apa yang terjadi. Dalam usiaku yang masih belia, hanya ada satu pertanyaan besar yang menghantui apakah ini akhir dari keluarga kami? Sebisa mungkin, aku berusaha tetap kuat. Adik kecilku membutuhkan kakak yang tangguh, dan aku tak ingin dia merasakan kehilangan yang sama seperti yang aku rasakan.

        Namun, sekeras apa pun aku mencoba mengabaikan, perceraian ayah dan mamah menjadi kenyataan. Rasanya seperti melihat rumah yang indah perlahan runtuh tanpa bisa berbuat apa-apa. Hari-hari itu terasa panjang dan dingin, meskipun di luar matahari bersinar terang.

         Sebagai anak, aku tak pernah benar-benar mengerti bagaimana cinta bisa menghadapi badai yang begitu dahsyat. Namun, yang aku tahu, setiap tetes air mata yang jatuh dari mamah dan setiap tatapan kosong ayah saat itu terasa seperti bayang-bayang kehilangan. Di masa transisiku menuju remaja, aku belajar bahwa rumah tak selalu tentang tembok yang kokoh, tetapi tentang jiwa-jiwa yang saling menguatkan.

         Waktu terus berlalu, dan tahun 2017 menjadi awal dari babak baru kami. Ayah dan mamah memutuskan untuk saling menggenggam tangan lagi, membangun kembali rumah yang pernah goyah. Keputusan itu membawa kami ke kota baru, Cimahi, tempat ayah bekerja. Kota kecil itu menjadi saksi bagaimana keluarga kami menemukan harmoni. Ada tawa, ada canda, dan ada hangatnya makan malam bersama yang dulu sempat hilang.

        Namun, hidup jarang sekali berjalan lurus tanpa kelokan. Di titik itu, badai lain datang menghampiri sebuah cobaan yang mencoba menggoyahkan kembali kebahagiaan kami. Ada seseorang yang mencoba mengusik keharmonisan keluarga kecil kami. Rasanya seperti melihat rumah yang baru saja direnovasi kembali diguncang gempa. Aku tidak tahu dari mana keberanian itu muncul, tetapi satu hal yang pasti kami tidak akan menyerah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Pengantar

Jejak yang Tak Akan Pudar

Dari Asa yang Gelisah ke Cahaya yang Pasti