1.700 Gram
Aku anak pertama yang lahir dari kedua orang tuaku. Aku lahir pada bulan Oktober tahun 2005, saat usia kandungan mamahku baru memasuki bulan keenam. Qodarullah, aku terlahir lebih cepat dari yang seharusnya, dengan berat badan yang hanya 1 kilogram 7 ons. Di hari kelahiranku, kata mamah, semua orang menyambutku dengan bahagia. Namun di balik kebahagiaan itu, ada rasa sedih yang tak bisa disembunyikan dari mata mamahku. Ia tak kuasa melihatku yang begitu kecil, begitu rapuh.
Mamah sempat mengalami stres berat ketika dokter yang menanganiku berkata
dengan nada pelan namun menusuk, "Anak ini hidup paling hanya beberapa
jam saja." Kalimat itu bagaikan pisau yang menggoreskan luka di hati
mamah. Di saat genting itu, ayahku tidak berada di sampingnya. Ayah sedang
bekerja, dan mamah hanya ditemani oleh beberapa kerabat yang setia
mendampingi.
Ketika kabar tentang kelahiranku sampai ke ayah, ia langsung bergegas.
Namun, kondisi emosinya membuatnya linglung, bahkan rute angkot yang biasa ia
hafal pun terasa membingungkan. Ya, pada saat itu kami masih sangat bergantung
pada angkot untuk mobilitas sehari-hari. Ayah mencoba menenangkan dirinya,
tetapi kecemasan yang meliputi hatinya membuat perjalanan ke rumah sakit terasa
jauh lebih panjang.
Sementara itu, kakekku turut berjibaku dalam situasi yang tak menentu. Ia
sibuk mencari resep obat yang langka, berkeliling dari satu tempat ke tempat
lain. Keadaan saat itu benar-benar chaos. Tangisan, kekhawatiran, harapan, dan
doa-doa memenuhi ruangan. Semua perasaan bercampur menjadi satu di hari aku
dilahirkan-hari yang penuh isak tangis dan haru, namun juga diselimuti oleh
cinta yang tulus dari mereka yang menginginkanku untuk tetap bertahan.
Di balik kekacauan itu, ada satu hal yang selalu terpatri kasih sayang dan
usaha semua orang untukku. Aku lahir dengan segala keterbatasan, tetapi juga
dengan cinta yang luar biasa besar.
Komentar
Posting Komentar